Kamis, Februari 12, 2009

Cinta dan Tuhan yang Terlupakan

Ada saat dimana aku merasa semua orang yang katanya dulu sangat aku kenal, kini hanya sebatas kumpulan alien yang asing dan sungguh mengerikan. Bahkan orang-orang yang menurut mereka sangat mencintai akupun tak lebih dari sekedar seorang figuran yang mempunyai probabilitas nihil untuk meraih oscar awards.
Sanjungan-sanjungan mereka mengenai kehebatanku dalam menulis puisi, essay dan novel, kini hanya menjadi sejarah palsu untukku.
Bukan hanya itu, bahkan nama Tuhan yang dulu susah payah dikenalkan seorang wanita tua--yang katanya ibuku, kini tak ku kenal lagi.
"Tuhan apa? Apa itu Tuhan? Siapa?" Tanyaku bodoh. Maka sejurus kemudian wanita tua itu menampar ganas pipiku sebagai jawaban atas pertanyaan kejamku.
Mengerikan. Sangat mengerikan memang ketika aku harus kembali ke titik nol. Titik yang merampas semua database dalam otakku.

"Kecelakaan sialan itu merebutmu dariku La...". Teriak seorang gadis cantik yang duduk lemah di atas kursi kayu tepat di sampingku. Air mata gadis itu tak mampu ku bendung. Bibirnya bergetar puluhan scala richter. Dan tubuhnya seperti tak bertulang. Sangat lemah. Melebihi lemahnya imanku yang sempat menguap tak bersisa.
"Kenapa La? Kenapa kamu diam saja? Kenapa?"
Mataku kupaksakan terpejam. Bukan hanya karna tak sanggup memandang wajahnya yang sedih, tapi juga karna memang aku tidak mempunyai jawaban untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
Bahkan aku mungkin tidak menyimak pertanyaan itu, karna sejak tadi aku sibuk menggaris bawahi sepotong kata: "La" yang dilontarkan gadis itu. Dia memanggilku "La", karna aku tahu namaku Bala. Atau lebih tepatnya: karna aku baru tahu beberapa hari lalu bahwa namaku Bala. Ya, aku sempat lupa siapa namaku. Hingga wanita tua yang akhirnya kusebut ibu itu mengenalkan aku pada diriku sendiri.
Mengenalkan bahwa namaku Bala. Bala Akbaruddin.
"Atau kamu masih belum mengenalku La?" Gadis itu kembali bertanya kecewa. Matanya semakin tak bercahaya. Seperti selimut hitam bernama malam.
"Aku Sissy, tunanganmu, La... Entah sudah berapa kali aku mengenalkan diri padamu. Berkali-kali aku berusaha membuatmu jatuh cinta lagi padaku. Dan aku sudah kehilangan akal untuk membuatmu jatuh cinta padaku lagi. Semua cara sudah aku coba. Tapi setiap kali aku bertanya padamu tentang apa yang bisa membuatmu jatuh cinta padaku, kamu selalu diam.
Lalu apalagi yang bisa membuatmu jatuh cinta padaku?
Padahal aku sudah menulis puluhan surat cinta untukmu yang dilengkapi puisi-puisi cinta yang dulu kamu ajari aku membuatnya, tapi aku lupa bahwa kamu sudah lupa bagaimana caranya membaca. Bahkan kata-kata itu kini termumikan dalam otak kananmu.
Berkali-kali aku menyanyikan lagu cinta yang dulu kamu sering menghujatku karna suaraku fals tak karuan, sial, aku lupa sayang, bahwa bibirmu sudah lupa bagaimana caranya bernyanyi. Dan insting mu awam terjemahkan nada.
Entah berapa kali aku bercerita tentang sepeda reyotku yang kini ban nya bocor padahal sepeda itu dulu kamu pakai untuk memboncengku pulang mengaji, ah aku lupa bahwa kamu pasti sudah lupa apa merk sepedaku. Bahkan mungkin kamu tidak tahu apa itu arti sepeda.
Sering sekali aku bercerita tentang mimpi-mimpi muluk masa depanku yang dulu kamu paksa aku memilikinya, tapi aku lupa bahwa kamu ternyata sudah lupa mimpi-mimpimu sendiri. Bahkan sungguh aku tidak tahu, apakah saat ini kamu punya mimpi atau tidak.
Aku lupa bahwa ternyata kamu lupa semuanya. Semuanya La. Kamu lupa pidato calon legislatif yang dulu kamu jadikan bahan guyonan. Kamu lupa rumus-rumus unsur dan senyawa kimia yang dulu terpasang di dinding kamarmu. Kamu lupa atas kekecewaanmu terhadap Sherlock Holmes saat berduel dengan Profesor Moriarty. Kamu lupa bagaimana caranya kamu mencium bibirku yang sebenarnya tidak pernah kamu lakukan. Kamu lupa bagaimana caranya menghapus air mataku yang sebenarnya tak pernah kamu tunjukkan. Kamu juga lupa bagaimana caranya menyematkan hiasan di rambutku yang ternyata tak pernah kamu sematkan.
Kamu lupa semuanya. Semuanya La. Dan kamu diam. Ya, hanya diam yang ternyata tidak kamu lupakan. Kamu masih hapal benar bagaimana caranya diam. Sialnya aku lupa bahwa kamu hanya bisa diam. Maafkan aku La, aku hanya ingin kamu mencintai aku. Lagi. Seperti dulu. Sebelum kamu melupakan aku. Lagi-lagi aku lupa bahwa mencintai seseorang yang tidak kamu kenal sama sekali adalah kesulitan luar biasa. Dan mengenalkan diriku padamu adalah sebuah kesulitan luar biasa yang lain. Kesulitan yang berulang kali memaksa air mataku tumpah. Maafkan aku La.."
Gadis itu menangis lagi. Dan aku diam lagi. Menutup mataku lagi. Lalu gelap menutupi semuanya. Tak setitik cahayapun menusuk mataku. Semuanya terbingkis gelap yang mengerikan. Lalu kegelapan itupun menutupi telingaku. Isak gadis itu pun raib di ujung telingaku hingga benar-benar senyap dan aku tak ingat lagi. Semuanya lenyap begitu saja. Lenyap.

***

"Almarhum ayahmu, Le! Dia pasti akan mengurungmu di kandang kambing kalau dia tahu kamu melupakan Tuhanmu!" Gumam wanita tua yang kusebut ibu itu sambil membereskan obat-obatan dan sisa sarapanku di meja kayu.
"Susah payah kami mengenalkan Tuhan padamu Le, tapi kecelakaan itu mengambil nama Tuhan dalam hati dan otakmu dalam waktu beberapa detik saja.
Coba kamu ingat-ingat lagi Le nama Tuhan mu!
Emak khawatir, jika nanti malaikat menanyai mu tentang siapa Tuhanmu, lantas kamu diam saja seperti ini. Emak malu sama malaikat, Le, terlebih sama Tuhan. Makanya Emak mohon, ingat nama Tuhan mu, Le. Emak mohon!". Dia memegang tanganku. Matanya menusuk retina mataku dengan jutaan harapan.
Aku lihat bibirnya mulai menuntunku mengingat nama Tuhan.
"Katakan: Allah!" Bisiknya pasti. Kalimatnya membuat badanku bergetar hebat. Keringatku menyembur dari berbagai celah pori-pori.
"Allah..." Ibu terus menuntunku dengan harapan bibir dan lidahku segera mengucapkan nama Tuhan.
Tapi tiba-tiba gelap kembali mencengkeram mataku. Sunyi menutupi lubang telingaku. Sekejap bau keringat ibu pun lenyap. Dan aku tidak ingat lagi. Aku kembali melupakan semuanya. Semuanya tanpa sisa.
"Bodoh!" kataku dalam hati.


Jakarta, 8 Februari 2009

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Ini entri yang menarik. Terima kasih sudah berbagi cerita. Kalau mau referensi lain tentang hal yang terhubung, baca artikel SMS Romantis di blog saya. Salam kenal, sobat.

Lex dePraxis
Romantic Renaissance

Anonim mengatakan...

Aduuh...
Melupakan Tuhan dan Cinta?
Mengerikan ya?
:x

Anonim mengatakan...

Nah,kl cerita yg ni gw agak2 ga ngrti punk hehe..maklumlah kemampuan otak emang cuma sgni punk mw gmn lg..hihi..:-P

Posting Komentar

Kasih komen ya temans...
Untuk temans yg tidak punya blog atau account google, pada bagian "Beri komentar sebagai", pilih aja Name/Url. Nama nya ketik nama kamu, url nya isi almt web, atau kosongkan saja...

Cari Ide di Blog ini

Regards, Ipung

Template by : kendhin x-template.blogspot.com