Jumat, Februari 27, 2009

Ah, Damn! Jangan-jangan Ideku Mati!

Apakah kata-kata di dunia ini sudah habis sehingga aku tak bisa berkata-kata lagi?
Padahal kulihat mereka mengobral kata-katanya dalam janji-janji di televisi.
Apakah kata-kata sudah tidak mempunyai makna sehingga tak ada arti dalam kata-kataku
Padahal kulihat mereka masih memperjualbelikan kata-katanya yang membuat mereka merasa bermakna.
Apakah kata-kata
sudah tak mencair lagi di ujung pena-ku sehingga tak ada lagi karya yang kucipta padahal kulihat buku-buku sejarah palsu masih banyak dipelajari di sekolah.
Apakah kata-kata sudah beku di ujung lidahku sehingga mulutku tak bisa bicara padahal kulihat mereka bicara tentang keadilan yang ternyata hanya memihak pada dirinya sendiri.
Ah, jangan-jangan ideku mati.
Sial.




Jakarta, 27 Februari 2009

Baca Selengkapnya......

Sabtu, Februari 21, 2009

Wanita itu Bernama Peri

Wanita itu bernama peri,
jangan tanyakan siapa atau bagaimana!
Wanita itu bernama peri,
di atas kertas tujuh purnama
Sekedar pengisi pilar gading putih tanpa nama!
wanita itu bernama peri,
di ujung pena merah jingga atau cukup di bawah air mata!
Wanita itu bernama peri,
di bawah ketiak malaikat ungu bersayap satu atau hanya patung bunda tak bernyawa.
Wanita itu bernama,
LIA SEPTIANI...



Karawang, 10 September 2007
jam 12:12:34

Baca Selengkapnya......

Sabtu, Februari 14, 2009

Cinta dari Seorang Ibu Tua dan Anaknya yang Kurus itu

"Apa yang kamu tahu tentang cinta, nak?" Seorang ibu tua bertanya padaku dengan suara yang hampir tak terdengar. Mataku yang sejak tadi terpaku pada barisan kalimat dalam buku kumpulan cerpen karya Seno Gumira Adjidarma, kini menatap ibu tua yang tengah sibuk menata posisi kepala anaknya yang sedang menetek padanya. Tetek-nya yang sudah keriput dengan susah payah dieksplorasi sang anak yang tampak kelaparan.
Anak itu seperti tak berdaging. Tak berlemak. Tapi perutnya buncit seperti balon mau pecah. Kepalanya botak seperti makhluk luar angkasa.
"Cinta adalah apa yang aku lihat saat ini" Jawabku sekenanya.
Ibu tua itu tersenyum.
"Kau benar nak..."

Jakarta 14 Februari 2009

Baca Selengkapnya......

Kamis, Februari 12, 2009

Cinta dan Tuhan yang Terlupakan

Ada saat dimana aku merasa semua orang yang katanya dulu sangat aku kenal, kini hanya sebatas kumpulan alien yang asing dan sungguh mengerikan. Bahkan orang-orang yang menurut mereka sangat mencintai akupun tak lebih dari sekedar seorang figuran yang mempunyai probabilitas nihil untuk meraih oscar awards.
Sanjungan-sanjungan mereka mengenai kehebatanku dalam menulis puisi, essay dan novel, kini hanya menjadi sejarah palsu untukku.
Bukan hanya itu, bahkan nama Tuhan yang dulu susah payah dikenalkan seorang wanita tua--yang katanya ibuku, kini tak ku kenal lagi.
"Tuhan apa? Apa itu Tuhan? Siapa?" Tanyaku bodoh. Maka sejurus kemudian wanita tua itu menampar ganas pipiku sebagai jawaban atas pertanyaan kejamku.
Mengerikan. Sangat mengerikan memang ketika aku harus kembali ke titik nol. Titik yang merampas semua database dalam otakku.

"Kecelakaan sialan itu merebutmu dariku La...". Teriak seorang gadis cantik yang duduk lemah di atas kursi kayu tepat di sampingku. Air mata gadis itu tak mampu ku bendung. Bibirnya bergetar puluhan scala richter. Dan tubuhnya seperti tak bertulang. Sangat lemah. Melebihi lemahnya imanku yang sempat menguap tak bersisa.
"Kenapa La? Kenapa kamu diam saja? Kenapa?"
Mataku kupaksakan terpejam. Bukan hanya karna tak sanggup memandang wajahnya yang sedih, tapi juga karna memang aku tidak mempunyai jawaban untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
Bahkan aku mungkin tidak menyimak pertanyaan itu, karna sejak tadi aku sibuk menggaris bawahi sepotong kata: "La" yang dilontarkan gadis itu. Dia memanggilku "La", karna aku tahu namaku Bala. Atau lebih tepatnya: karna aku baru tahu beberapa hari lalu bahwa namaku Bala. Ya, aku sempat lupa siapa namaku. Hingga wanita tua yang akhirnya kusebut ibu itu mengenalkan aku pada diriku sendiri.
Mengenalkan bahwa namaku Bala. Bala Akbaruddin.
"Atau kamu masih belum mengenalku La?" Gadis itu kembali bertanya kecewa. Matanya semakin tak bercahaya. Seperti selimut hitam bernama malam.
"Aku Sissy, tunanganmu, La... Entah sudah berapa kali aku mengenalkan diri padamu. Berkali-kali aku berusaha membuatmu jatuh cinta lagi padaku. Dan aku sudah kehilangan akal untuk membuatmu jatuh cinta padaku lagi. Semua cara sudah aku coba. Tapi setiap kali aku bertanya padamu tentang apa yang bisa membuatmu jatuh cinta padaku, kamu selalu diam.
Lalu apalagi yang bisa membuatmu jatuh cinta padaku?
Padahal aku sudah menulis puluhan surat cinta untukmu yang dilengkapi puisi-puisi cinta yang dulu kamu ajari aku membuatnya, tapi aku lupa bahwa kamu sudah lupa bagaimana caranya membaca. Bahkan kata-kata itu kini termumikan dalam otak kananmu.
Berkali-kali aku menyanyikan lagu cinta yang dulu kamu sering menghujatku karna suaraku fals tak karuan, sial, aku lupa sayang, bahwa bibirmu sudah lupa bagaimana caranya bernyanyi. Dan insting mu awam terjemahkan nada.
Entah berapa kali aku bercerita tentang sepeda reyotku yang kini ban nya bocor padahal sepeda itu dulu kamu pakai untuk memboncengku pulang mengaji, ah aku lupa bahwa kamu pasti sudah lupa apa merk sepedaku. Bahkan mungkin kamu tidak tahu apa itu arti sepeda.
Sering sekali aku bercerita tentang mimpi-mimpi muluk masa depanku yang dulu kamu paksa aku memilikinya, tapi aku lupa bahwa kamu ternyata sudah lupa mimpi-mimpimu sendiri. Bahkan sungguh aku tidak tahu, apakah saat ini kamu punya mimpi atau tidak.
Aku lupa bahwa ternyata kamu lupa semuanya. Semuanya La. Kamu lupa pidato calon legislatif yang dulu kamu jadikan bahan guyonan. Kamu lupa rumus-rumus unsur dan senyawa kimia yang dulu terpasang di dinding kamarmu. Kamu lupa atas kekecewaanmu terhadap Sherlock Holmes saat berduel dengan Profesor Moriarty. Kamu lupa bagaimana caranya kamu mencium bibirku yang sebenarnya tidak pernah kamu lakukan. Kamu lupa bagaimana caranya menghapus air mataku yang sebenarnya tak pernah kamu tunjukkan. Kamu juga lupa bagaimana caranya menyematkan hiasan di rambutku yang ternyata tak pernah kamu sematkan.
Kamu lupa semuanya. Semuanya La. Dan kamu diam. Ya, hanya diam yang ternyata tidak kamu lupakan. Kamu masih hapal benar bagaimana caranya diam. Sialnya aku lupa bahwa kamu hanya bisa diam. Maafkan aku La, aku hanya ingin kamu mencintai aku. Lagi. Seperti dulu. Sebelum kamu melupakan aku. Lagi-lagi aku lupa bahwa mencintai seseorang yang tidak kamu kenal sama sekali adalah kesulitan luar biasa. Dan mengenalkan diriku padamu adalah sebuah kesulitan luar biasa yang lain. Kesulitan yang berulang kali memaksa air mataku tumpah. Maafkan aku La.."
Gadis itu menangis lagi. Dan aku diam lagi. Menutup mataku lagi. Lalu gelap menutupi semuanya. Tak setitik cahayapun menusuk mataku. Semuanya terbingkis gelap yang mengerikan. Lalu kegelapan itupun menutupi telingaku. Isak gadis itu pun raib di ujung telingaku hingga benar-benar senyap dan aku tak ingat lagi. Semuanya lenyap begitu saja. Lenyap.

***

"Almarhum ayahmu, Le! Dia pasti akan mengurungmu di kandang kambing kalau dia tahu kamu melupakan Tuhanmu!" Gumam wanita tua yang kusebut ibu itu sambil membereskan obat-obatan dan sisa sarapanku di meja kayu.
"Susah payah kami mengenalkan Tuhan padamu Le, tapi kecelakaan itu mengambil nama Tuhan dalam hati dan otakmu dalam waktu beberapa detik saja.
Coba kamu ingat-ingat lagi Le nama Tuhan mu!
Emak khawatir, jika nanti malaikat menanyai mu tentang siapa Tuhanmu, lantas kamu diam saja seperti ini. Emak malu sama malaikat, Le, terlebih sama Tuhan. Makanya Emak mohon, ingat nama Tuhan mu, Le. Emak mohon!". Dia memegang tanganku. Matanya menusuk retina mataku dengan jutaan harapan.
Aku lihat bibirnya mulai menuntunku mengingat nama Tuhan.
"Katakan: Allah!" Bisiknya pasti. Kalimatnya membuat badanku bergetar hebat. Keringatku menyembur dari berbagai celah pori-pori.
"Allah..." Ibu terus menuntunku dengan harapan bibir dan lidahku segera mengucapkan nama Tuhan.
Tapi tiba-tiba gelap kembali mencengkeram mataku. Sunyi menutupi lubang telingaku. Sekejap bau keringat ibu pun lenyap. Dan aku tidak ingat lagi. Aku kembali melupakan semuanya. Semuanya tanpa sisa.
"Bodoh!" kataku dalam hati.


Jakarta, 8 Februari 2009

Baca Selengkapnya......

Selasa, Februari 10, 2009

Lagi! Rihanna Kembali Gagal Konser di Indonesia. Ada Apa?

Rihanna, penyanyi international yang melejit namanya lewat single Umbrella setelah gagal konser di Indonesia tanggal 14 November 2008 lalu, sekarang dikabarkan kembali menunda konsernya di negeri kita.
Entah menunda, entah memang dibatalkan, saya belum mendapat informasi lebih lanjut.
Ada apa?
Apakah karena musim hujan dan umbrella-nya rusak?
Hehe..
Yang pasti bukan itu alasannya.
Rihana yang sebelumnya dikabarkan akan menggelar konser di Istora Senayan pada 12 Februari 2009 nanti, menurut penyelenggara kembali membatalkan karena sebuah insiden yang dialami penyanyi sexy itu.
Dikabarkan tiga hari sebelum jadwal manggungnya di Jakarta, kekasih Rihanna penyanyi Chris Brown, ditahan atas tuduhan penganiayaan terhadap seorang wanita bernama Robyn Rihanna Fenty.
Ya, wanita itu adalah Rihanna.
Kabarnya peristiwa itu berawal dari pertengkaran hebat antara Brown dan Rihanna usai Brown menghadiri pre-Grammy.
Rihanna dikabarkan menderita memar pada wajahnya sehingga dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Cedars Sinai Medical Center.
Atas dasar itulah konser Rihanna kembali di-cancel.
Bagi temans yang sudah terlanjur membeli tiket, jangan khawatir, pihak penyelenggara siap mengembalikan 100% dari biaya pengembalian tiket yang bisa diambil di tiket box tempat pembelian selama tujuh hari kerja sejak 12 Februari 2009.
Yang pasti bagi anda pelanggan axis yang membeli tiket Rihanna di Axis Center tak usah khawatir, karena pihak Axis menjanjikan pengembalian uang penuh sesuai harga tiket ditambah penawaran khusus dari axis

Jakarta, 10 Februari 2009

Baca Selengkapnya......

Senin, Februari 09, 2009

AXIS presents JAVA JAZZ FESTIVAL 2009



Lagi!
AXIS membuat kejutan dengan kembali menyelenggarakan event musik terbesar : AXIS JAVA JAZZ FESTIVAL 2009.
Tidak tanggung-tanggung, event besar yang akan diselenggarakan pada tanggal 6, 7 dan 8 Maret ini akan dimeriahkan puluhan artis Jazz dalam dan luar negeri, diantaranya :



info artis lebih lengkap, klik disini

Bagi Temans pelanggan AXIS, malah bisa dapat potongan harga sampai 50%.

Berikut harga tiket yang ditawarkan penyelenggara

1. Daily Pass Rp.350.000
2. 3 days Daily Pass Rp.850.00
3. Special Show Rp. 150.000-450.000

Buat kamu pengguna AXIS:

Hanya tinggal isi ulang sebesar Rp.50.000 dan harga tiket:
1. Daily Pass Rp.175.000
2. Special Show 6 Maret (Jason Mraz) Rp.300.000 => sold out
3. Special Show 7 Maret (Jason Mraz) Rp.350.000 untuk 500 pelanggan pertama
4. Special Show 8 Maret (Brian McKnight) Rp.250.000

Tunggu apalagi? ayo gabung!!!!

sumber : www.axisworld.co.id

Baca Selengkapnya......

Senin, Februari 02, 2009

Aku Menyebutnya Cinta Bau

Cinta datang padaku dengan sombongnya. Kepalanya mendongak sehingga gigi-giginya yang melampaui batas tak mampu disembunyikan bibir jengatnya yang kusut. Gigi-gigi itu kuning dan tajam seperti bambu runcing para pejuang yang mampu melelehkan bedil-bedil menir kompeni.
Dia berkata padaku tentang Tuhan, surga, dosa dan bidadari seperti nabi-nabi yang aku cinta.
Dia bercerita padaku tentang hukum archimides, pascal, newton dan teori ekonomi klasik laiknya seorang doktor dalam sebuah orasi ilmiah.
Aku pun berpikir. Mencoba mencerna kata-katanya.
Kemudian dia berkisah tentang sebuah negeri yang dicintai Tuhannya, lalu dengan sekejap diluluh lantahkan-Nya. Diapun menangis. Menangis seperti orok. Bahkan aku tidak tahu apa yang ditangisinya
Aku tidak mengerti apa yang ada dalam otaknya.
Ah, atau jangan-jangan dia memang tidak punya otak. Toh dia memang tidak punya kepala kan?
Cinta memang tak punya kepala. Tapi sombongnya minta ampun. Ya, dia sombong. Sombong karena kalimat-kalimatnya. Sombong karena kemiskinannya.
Sombong karena nasihat-nasihatnya.
Sombong karena filosofinya.
Sombong karena pengetahuannya.
Sombong karena kejahatannya.
Sombong karena kesetiaannya.
Sombong karena ketidak sombongannya.
Dan sombong karena ketidak adaannya. Ya, dia sesungguhnya tidak ada.
Tapi dalam ketidak adaanya, dia masih bercerita. Kali ini tentang dosa yang paling mengasikkan.
Dosa yang lebih membahagiakan daripada menang lotre.
Dosa yang lebih nikmat daripada berzina.
Dosa yang lebih memuaskan daripada membunuh.
Dosa itu tak lain adalah cinta itu sendiri.
"Dosa itu bernama aku..." katanya pelan. Kali ini dia menunduk. Tak tampak lagi gigi-gigi bau nya yang menjijikkan.
Dia menangis lagi.
Cengeng benar dia itu. Padahal aku tahu dia tak punya mata atau sekedar airmata sekalipun. Dia hanya punya nama: cinta bau


Baca Selengkapnya......

Cari Ide di Blog ini

Regards, Ipung

Template by : kendhin x-template.blogspot.com