Karya : Saepul Nurdin
Jakarta, 02 Desember 2010
Kepada sahabatku,
Saepul Nurdin
Kawan, sebelumnya aku mohon maaf karena baru kali ini aku menyempatkan diri menulis surat untukmu. Kau tahu? Akhir-ahir ini aku terlalu disibukkan oleh siksa kubur yang harus kujalani. Untuk itu mohon maklumi aku.
Bagaimana kabarmu hari ini, kawan? Lama kita tak bersua. Kudengar kau kini sudah menjadi seorang penulis. Aku bangga padamu. Tak kusangka. Dulu, kau hanya seorang pecundang yang selalu keok dalam menghadapi permainan caturku. Dulu, kau juga seorang banci yang tak pernah berani mencolek tahi lalat Pak Situmorang, guru Kimia kita saat SMA yang terkenal bertangan dingin.
Tapi inilah kau sekarang. Kini bagiku, kau jauh lebih canggih daripada teori mesin waktu yang dikemukakan Jhon Titor.
Sebaliknya, jangan pernah kau tayakan bagaimana kabarku sekarang. Kau tahu? Aku menderita di sini. Dan penderitaanku tak akan pernah bisa terjelaskan oleh bahasa dan kalimat manusia. Ya, sekalipun kau penulis hebat. Kata-katamu tak akan pernah mampu mendeskripsikan sakitnya siksaan yang harus kuterima.
Ah, sudahlah! Tak usah kujelaskan penderitaan yang kualami akibat dosa yang sempat kujalani semasa hidup itu, karena memang aku tak mampu menjelaskannya. Dan mungkin tak akan pernah mampu.
Saepul sahabatku, kau pasti heran kenapa tiba-tiba aku menulis surat ini untukmu. Jawabannya sederhana. Aku hanya ingin menyumbangkan ide untukmu. Sebagai seorang penulis, aku tahu kau butuh ide cerita untuk karya-karyamu. Maka kini aku sempatkan diri menulis surat ini untukmu dengan harapan apa yang akan aku ceritakan dalam surat ini bias kau jadikan bahan cerita dalam cerpen atau novelmu kelak.
Sahabatku, kau masih ingat gadis misterius yang pernah kuceritakan padamu enam tahun yang lalu? Kemarin lusa, aku bertemu dengannya. Ia mengenakan kerudung merah yang hanya menutupi sebagian kepalanya ketika aku menemuinya. Dia juga terlihat sangat kurus dan bahkan aku mengira beberapa bagian tulangnya sudah bolong dimakan rayap.
Pada awalnya aku tidak mengenalinya, sampai akhirnya dia menyapaku dengan sapaan terindah yang pernah dilontarkan seorang gadis. Ia menyapa dan menyebut namaku dengan lembut. Lalu tersenyum dengan senyuman khas seorang hantu
(to be continue…)
Copy-Paste kode di bawah, untuk pasang banner ini....
untuk pilihan Banner lain, silakan Temans Klik di sini
Karya Ipung
- Banner n Blog Info (2)
- Based on True Story (2)
- buku (4)
- Cerpen (10)
- Essay (1)
- Fiksi Mini (1)
- FlashFiction (4)
- Lagu (1)
- Monolog (1)
- Motivasi (2)
- News n Info (2)
- novel (2)
- Photo (1)
- Puisi (5)
Rekomendasi Karya(4Download)
Gimana blog ini menurut kamu?
Minggu, Desember 05, 2010
Surat dari Hantu Sahabatku
Diposting oleh Ipung Arraffa di 12.23
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
andai lebih banyak lagi orang yang membaca dan memahaminya... :)
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o Posting Komentar